Salah satu landasan agama Islam yaitu beriman kepada Malaikat. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّـهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya….” [QS. Al-Baqarah: 285]
Rasulullah ketika ditanya oleh Jibril `alaihis salam tentang iman, beliau menjawab: “(Iman yaitu) Engkau beriman dengan Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” [Muttafaq 'alaih]
Ada banyak ayat yang menyebutkan tentang keberadaan Malaikat. Allah سبحانه وتعالى menyifati mereka sebagai makhluk yang kuat dalam beribadah dan penciptaan, elok dipandang, besar fisiknya, serta memiliki kemampuan menjelma dalam beragam wujud.
Adakalanya mereka menjelma menjadi seorang pemuda tampan, yang turun ke bumi untuk menguji dan mencoba hingga hujjah tegak atas kaum Luth, lalu Allah mengadzab mereka dengan adzab dari Yang Mahaperkasa, Mahakuasa. Begitu juga halnya Jibril yang pernah datang kepada Nabi صلي الله عليه وسلم dalam sifat-sifat yang beragam; terkadang dalam rupa Dihyah bin Khalifah al-Kalby, terkadang dalam rupa seorang Arab badui (dusun), serta terkadang pula menampakkan rupa aslinya.
Malaikat adalah utusan-utusan Allah تعالى untuk berbagai fungsi. Al-Qur’an menyatakan:
الْحَمْدُ لِلَّـهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَّثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua,tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” [QS. Fathir: 1]
Allah تعالى menciptakan malaikat dari cahaya, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah رضي الله عنه, Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda,
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang berkobar, sedangkan Adam (manusia) diciptakan sebagaimana yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah).” [HR. Muslim]
Malaikat memiliki 600 (enam ratus) sayap, jarak antara kedua sayapnya sejauh jarak antara Timur dan Barat. Mereka mampu mengangkat kota-kota kaum Luth yang berjumlah tujuh kota berikut dengan penghuni-penghuni yang ada di dalamnya, sedang jumlah mereka waktu itu mendekati 400.000 (empat ratus ribu) malaikat. Semua kota tersebut diangkat di atas ujung-ujung sayapnya hingga mencapai batas langit, sampai-sampai para malaikat mendengar lolongan anjing dan kotekan ayam mereka, kemudian mereka membalikkannya hingga bagian atasnya menjadi bagian bawah.
Dan di antara sidat Malaikat Israfil ‘alaihimus salam bahwa dia merupakan salah satu pengusung al-’Arsy, yang akan meniup sangkakala atas perintah Rabbnya dengan tiga tiupan:
- Tiupan mengejutkan
- Tiupan mematikan
- Tiupan membangkitkan kembali
Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah menyebutkab shahib (Malaikat peniup) sangkakala, ‘Di sebelah kanannya ada Jibril dan di sebelah kirinya ada Mikail ‘alaihimas salam.’” [HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya 10647]
Malaikat Jibril turun dengan membawa petunjuk kepada para rasul Allah untuk disampaikan kepada umatnya. Malaikat Mikail diberi tugas untuk mengurusi air hujan serta tumbuhan, yang dari keduanya beragam rejeki tercipta di muka bumi.
Mengenai Malakul Maut, maka namanya tidak disebutkan secara jelas, baik dalam al-Qur’an maupun di dalam hadits-hadits yang shahih. Adapun penamaannya dengan Malaikat Izrail, hal itu tercantum di beberapa atsar, wallahu a’lam.
Di antara malaikat yang namanya disebut dalam hadits yaitu Malaikat Munkar dan Nakir ‘alaihimas salam. Di dalam hadits-hadits keduanya dikenal sebagai malaikat penanya di dalam kubur.
yang bertindak sebagai penjaga surga adalah Malaikat Ridhwan. Penamaan ini disebutkan secara tegas di dalam beberapa hadits.
Di antara mereka ada yang diserahkan tanggung jawab menjaga neraka dan penjaganya adalah Malaikat Malik. Ada juga malaikat diserahi tugas mencatat amal-amal hamba sebagaimana firman Allah سبحانه وتعالى :
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ
“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” [QS. Qaf: 17]
Para malaikat secara umum disifati dengan sifat-sifat yang terpuji. Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang mereka:
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan.” [QS. An-Nahl: 50]
Para ulama berbeda pendapat tentang pengutamaan malaikat atas manusia. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Tidak ada satu makhluk pun yang lebih mulia di sisi Allah dibanding orang yang mulia dari Bani Adam.” Ia berdalil dengan firman Allah سبحانه وتعالى :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَـٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” [QS. al-Bayyinah: 7]
Pendapat ini disepakati oleh Umayyah bin ‘Amr bin Sa’id. ‘Irak bin Malik berkata, “Tidak ada satu pun makhluk yang lebih mulia di sisi Allah dibanding para malaikat-Nya.”
Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata kepada Muhammad bin Ka’ab al-Qurzhy, “Apa pendapatmu tentang ini, wahai abu Hamzah?” Abu Hamzah menjawab, “Allah telah memuliakan Adam, lalu ia menciptakannya dengan tangan-Nya, serta keturunannya dijadikan sebagai nabi dan rasul.”
‘Umar ‘Abdul ‘Aziz pun sepakat dengan pendapat tersebut. Namun orang yang berpendapat seperti ini berdalil dengan yang bukan dalilnya, dan selemah-lemah dilalah (penunjukan) adalah apa yang disebutkan secara jelas mengenai hal itu pada firman Allah تعالى : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dna mengerjakan amal shalih.” Karena kandungan ayat ini tidak hanya terbatas pada manusia, karena Allah telah menyifati para malaikat dengan iman pada firman-Nya:
وَيُؤْمِنُونَ بِهِ
“Mereka beriman kepada-Nya…” [QS. Ghafir: 7]
Begitu juga halnya dengan jin, Allah تعالى berfirman:
وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَىٰ آمَنَّا بِهِ
“Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (al-Qur’an), kami beriman kepadanya…” [QS. Al-Jin: 13]
Ibnu Katsir berkata, “Sebaik-baik hujjah yang dapat dijadikan dalil dalam permasalahan ini (bahwa manusia lebih mulia dibanding malaikat) adalah apa yang diriwayatkan oleh ‘Utsman bin Sa’id ad-Darimy dari ‘Abdullah bin ‘Amr, secara marfu’ dan itulah pendapat yang paling benar. Ia berkata, ‘Setelah Allah menciptakan surga, para malaikat berkata, ‘Wahai Tuhan kami, peruntukkan ini untuk kami, sehingga kami dapat makan dan minum darinya, karena Engkau telah menciptakan dunia untuk anak-anak Adam.’
Allah تعالى berfirman:
“Aku tidak akan menjadikan (posisi) keturunan yang shahih dari makhluk yang Aku ciptakan dengan tangan-Ku sehingga dengan (makhluk yang Aku ciptakan) yang Aku hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah, maka jadilah ia.” [HR. An-Nasa'i]
Berikut ini adalah beberapa sifat malaikat:
- Para malaikat diciptakan oleh Allah سبحانه وتعالى dengan tabiat selalu taat kepada Allah تعالى, dan tidak ada pilihan bagi malaikat apakah dia mau taat atau tidak.
- Para malaikat tidak memiliki syahwat. Oleh karena itu, mereka tidak makan, tidak minum dan tidak menikah.
- Para malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah سبحانه وتعالى, sedikit pun walaupun hanya sekejap mata.
- Allah سبحانه وتعالى, menciptakan malaikat untuk melayani bani Adam dan merekapun (para malaikat) senantiasa melakukan tugas tersebut.
- Para malaikat senantiasa menolong di atas kebaikan kepada para nabi dan rasul serta para pengikutnya. Oleh karena itu, malaikat merupakan sumber kebaikan terhadap manusia dengan cara memberikan ilham kepada manusia. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah sebagaimana yang disebutkan di dalam “Majmu Fatawa” 4/34 ): “Maka sumber ilmu yang benar dan kehendak yang baik itu berasal dari ilham para malaikat dan sumber keyakinan yang batil serta kehendak yang buruk dari bisikan syaitan.”
Allah تعالى telah manjadikan malaikat sebagai makhluk yang ma`shum, dimana mereka tidak akan pernah bermaksiat kepada-Nya. Allah تعالى berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَـٰنُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ
“Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’, Maha Suci Allah…” [QS. Al-Anbiyaa`: 26]
Sumber: Mukhtasar Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas oleh Syaikh Ahmad Khani, Penerbit Pustaka as Sunnah
0 komentar:
Post a Comment