Beliau tidak terlalu tinggi dan tidak pula pendek [2], tidak terlalu putih dan tidak pula coklat [3], rambutnya tidak keriting dan tidak pula lurus [4], saat meninggal tidak ada di kepalanya lebih dari dua puluh uban. Tubuhnya bagus, jarak antara kedua pundaknya jauh, memiliki rambut hingga kedua pundaknya: pada suatu waktu hingga dua daun telinganya, dan suatu waktu hingga separuh telinganya. Jenggotnya tebal, jari-jari tangannya besar[5], kepalanya besar, dan dua tulang persendiannya besar.
Wajahnya bulat, matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, Ujung matanya merah, berbulu lembut dari dada hingga pusar.
Jika berjalan, beliau berjalan dengan kuat. Wajahnya berbinar-binar laksana bulan purnama, seakan-akan wajahnya adalah bulan. Suaranya merdu, pipinya lunak, mulutnya lebar [6], perut dan dadanya sejajar.
Kedua pundak, kedua hasta dan bagian atas dada berbulu, pergelangan tangannya panjang, telapak tangannya lebar, lubang kedua matanya panjang, kedua tumitnya memiliki sedikit daging, di antara kedua pundaknya terdapat tanda kenabian seperti kancing rumah pengantin, atau seperti telur merpati.[7]
Jika berjalan, seakan-akan tanah bumi dilipat untuknya. Saat menyusulnya, mereka mendapatinya tidak menaruh perhatian. Beliau mengurai rambut kepalanya (pada keningnya), lalu memisahnya menjadi dua bagian.[8] Beliau menyisir rambutnya, menyisir jenggotnya, dan bercelak dengan celak itsmid setiap malam, pada tiap-tiap mata tiga sapuan saat tidur.
Pakaian yang paling beliau sukai adalah gamis, berwarna putih, dan hibarah, yaitu sejenis kain tebal berwarna kemerah-merahan. Lengan baju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamhingga pergelangan.[9]
Pada satu waktu, beliau memakai pakaian merah, sarung dan selendang. Pada waktu yang lain, beliau memakai dua pakaian (hijau). Pada waktu yang lain, beliau memakai jubah yang sempit lengan tangannya. Pada waktu yang lain, beliau memakai peci. Pada waktu yang lain, beliau memakai serban hitam dan mengulurkan kedua ujungnya di antara kedua pundaknya. Pada waktu yang lain, memakai pakaian hitam terbuat dari bulu, yakni kisa’. Beliau memakai cincin[10], sepatu dan sandal.
Wallahu a’lam bis shawwab.
Wallahu a’lam bis shawwab.
Foot Note:
[1] Mengenai masalah ini, lihat asy-Syamaa-il al-Muhammadiyyah karya at-Tirmidzi, yang dirangkum oleh Syaikh al-Albani.
[2] Yakni, perawakannya ideal.
[3] Yakni, beliau tidak terlalu putih dan tidak pula coklat, tetapi putihnya kecoklatan yang dihiasi dengan warna kemerahan.
[4] Yakni, rambut beliau tidak keriting dan tidak pula sangat lurus dan lembut, tetapi pertengahan di antara itu, dan inilah kesempurnaan.
[5] adalah terpuji bagi laki-laki karena ia sangat keras genggamannya, tapi dicela bagi wanita, karena yang lebih pantas bagi wanita adalah lembut. Lihat an-Nihaayah (II/444).
[6] Ini adalah sifat kesempurnaan pada kaum kaki-laki.
[7] Khatam an-Nubuwwah (stempel kenabian) ialah tanda menonjol, yakni daging yang menonjol yang terletak di antara kedua pundak seukuran telur burung merpati dan di atasnya terdapat bulu-bulu yang berhimpun.
[8] Yakni, menjadikannya menjadi dua bagian pada kedua sisi kepalanya, dan tidak membiarkan sedikit pun darinya pada dahinya.
[9] HR. Abu Dawud (4027), dan at-Tirmidzi (1765). Dalam sanadnya terdapat Syahr bin Hausyab, seorang perawi dhaif. Arrusgh adalah persendian antara telapak tangan dengan lengan. Lihat Mukhtashar asy-Syamaa-il, karya al-Albani (hal. 46).
[10] Cincin beliau terbuat dari perak yang beliau sematkan di jari manis kanannya, dan terkadang beliau memakainya di tangan kiri. Lihat Shahiih al-Bukhari (5877), dan Shahiih Muslim (2094).
Sumber: Buku “Ringkasan Kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”, Imam an Nawawi, Ta’liq & Takhrij: Khalid bin Abdurrahman bin Hamd Asy-Syayi, Pustaka Ibnu Umar, Cet.1
0 komentar:
Post a Comment